Senin, 25 Februari 2019

Nasehat Hadratusyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari

Nasehat-Nasehat Hadratusyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari

Al-MAWA'IDZ
Oleh: AL FAQIR MUHAMMAD HASYIM ASY’ARI

Bismillahirrahmanirrahim

(Surat ini) dari makhluk yang paling melarat, bahkan pada hakikatnya dari orang yang tidak punya sesuatu apapun, Muhammad Hasyim Asy’ari semoga Allah SWT mengampuni keturunannya dan seluruh umat muslim. Kepada teman-teman yang mulia penduduk tanah Jawa dan sekitarnya, baik ulama maupun masyarakat umum.

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Benar-benar telah sampai kepadaku (sebuah kabar) bahwa api fitnah dan pertikaian telah terjadi diantara kalian semua. Maka aku merenung sejenak apa kira-kira sebabnya. Kemudian aku berkesimpulan bahwa sebab itu semua adalah karena masyarakat zaman sekarang telah banyak yang mengganti dan merubah kitab Allah SWT dan sunah Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 10 yang artinya:

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu”. (QS. 49 : 10)

Sementara masyarakat sekarang menjadikan orang mukmin sebagai musuh dan tidak ada upaya untuk mendamaikan diantara mereka, bahkan ada kecenderungan untuk merusaknya. Rasulullah SAW bersabda :

“Jangan kalian saling menebar iri dengki, jangan kalian saling membenci dan jangan saling bermusuhan. Jadilah kalian bersaudara wahai hamba-hamba Allah SWT”.

Sementara masyarakat zaman sekarang saling iri dengki, saling membenci, saling bersaing (dalam urusan dunia) dan mereka akhirnya mereka jadi musuh. Wahai para ulama yang fanatik terhadap sebagian madzhab dan pendapat. Tinggalkanlah fanatik kalian dalam urusan-urusan far’iyyah (tidak fundamental) yang di dalamnya ulama (masih) menawarkan dua pendapat, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa “Setiap mujtahid (niscaya) benar”. Serta pendapat yang mengatakan “Mujtahid yang benar (pasti hanya) satu, namun (mujtahid) yang salah tetap mendapat pahala”.
Tinggalkanlah fanatik (kalian) dan tinggalkanlah jurang yang akan merusak kalian. Lakukanlah pembelaan terhadap agama Islam, berjuanglah kalian untuk menangkis orang-orang yang mencoba melukai Al Qur an dan sifat-sifat Allah SWT. Berjuanglah kalian untuk menolak orang-orang yang berilmu sesat dan akidah yang merusak. Jihad untuk menolak mereka adalah wajib. Dan sibukkanlah dirimu untuk senantiasa berjihad melawan mereka.

Wahai manusia! Diantara kalian ada orang-orang kafir yang memenuhi negeri ini, maka siapa lagi yang yang bisa diharapkan bangkit untuk mengawasi mereka dan serius untuk menunjukkannya kejalan yang benar?

Wahai para ulama, untuk urusan seperti ini (baca; membela Al-Qur an dan menolak orang yang menodai agama), maka bersungguh-sungguhlah kalian dan silahkan kalian berfanatik. Adapun fanatik kalian untuk urusan-urusan agama yang bersifat fari’yyah dan mengarahkan manusia kemadzhab tertentu atau pendapat tertentu, maka itu adalah suatu hal yang tidak akan diterima Allah SWT dan tidak senangi oleh Rasulullah SAW.

Yang membuat kalian semua bertindak seperti itu tiada lain kecuali hanya kefanatikan kalian (terhadap madzhab tertentu), bersaing dalam bermadzhab dan saling hasud. Sungguh, kalau saja Imam Syafi’I, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, Ibnu Hajar dan Imam Ramly masih hidup (ditengah tengah kita), maka pasti mereka akan sangat ingkar dan tidak sepakat atas (perbuatan) kalian dan tidak mau bertanggung jawab atas apa yang kalian perbuat.

Kalian mengingkari sesuatu yang masih dikhilafi para ulama, sementara kalian melihat banyak orang yang tak terhitung jumlahnya, meninggalkan shalat yang hukumannya menurut Imam Syafi’i, Malik dan Ahmad adalah potong leher. Dan kalian tidak mengingkarinya sedikitpun. Bahkan ada diantara kalian yang telah melihat banyak melihat tetangganya tidak ada yang melaksanakan shalat, tapi diam seribu bahasa.

Lantas bagaimana kalian mengingkari sebuah urusan far’iyyah yang terjadi perbedaan pendapat diantara ulama? Sementara pada saat yang sama kalian tidak (pernah) mengingkari sesuatu yang (nyata-nyata) diharamkan agama seperti zina, riba, minum khamar dll.

Sama sekali tidak pernah terbersit dalam benak kalian untuk terpanggil (mengurusi) hal-hal yang diharamkan Allah SWT. Kalian hanya terpanggil oleh rasa fanatisme kalian kepada Imam Syafi’I dan Imam Ibnu Hajar. Yang hal itu akan menyebabkan tercerai-berainya persatuan kalian, terputusnya hubungan keluarga kalian, terkalahkannya kalian oleh orang yang bodoh-bodoh, jatuhnya wibawa kalian di mata masyarakat umum dan harga diri kalian akan jadi bahan omongan orang-orang yang tolol dan akhirnya kalian akan (membalas) merusak mereka sebab gunjingan mereka seputar kalian. (Itu semua terjadi) Karena daging kalian telah teracuni dan kalian telah merusak diri kalian dengan dosa- dosa besar yang kalian perbuat.

Wahai para ulama! Apabila kalian melihat orang yang mengamalkan pendapat dari para imam ahli madzhab yang memang boleh untuk diikuti, walaupun pendapat itu tidak unggul, apabila kalian tidak sepakat dengan mereka, maka jangan kalian menghukuminya dengan keras, tapi tunjukanlah mereka dengan lembut. Dan apabila mereka tidak mau mengikuti anjuran kalian, maka jangan sekali-sekali kalian menjadikan mereka sebagai musuh. Perumpamaan orang-orang yang melakukan hal diatas adalah seperti orang yang membangun gedung tapi merobohkan tatanan kota.

Jangan kalian jadikan keengganan mereka untuk mengikuti kalian, sebagai alasan untuk perpecahan, pertikaian dan permusuhan. Sesungguhnya perpecahan, pertikaian dan permusuhan adalah kejahatan yang mewabah dan dosa besar yang bisa merobohkan tatanan kemasyarakatan dan bisa menutup pintu kebaikan.

Untuk itu, Allah SWT melarang hamba-Nya yang mukmin dari pertentangan dan Allah SWT mengingatkan mereka bahwa akibatnya sangat buruk serta ujung-ujungnya sangat menyakitkan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 46 yang artinya:

“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu”. (QS. 8 : 46)

Wahai orang-orang muslim! Sesungguhnya didalam tragedi yang terjadi dihari-hari ini, ada ibrah (hikmah) yang banyak serta nasehat yang sangat layak diambil oleh orang yang cerdas dari hanya mendengarkan mauidzohnya para penceramah dan nasehatnya pada mursyid.

Ingatlah! Bahwa kejadian di atas adalah merupakan kejadian yang setiap saat akan selalu menghampiri kita. Maka apakah bagi kita bisa mengambil ibrah dan hikmah? Dan apakah kita sadar dari lelap dan lupa kita? Dan kita mesti sadar, kebahagiaan kita itu tergantung dari sifat tolong menolong kita, persatuan kita, kejernihan hati kita dan keikhlasan sebagian dari kita kepada yang lain. Ataukah kita tetap berteduh dibawah perpecahan, pertikaian, saling menghina, hasud dan kesesatan? Sementara agama kita satu, yaitu Islam dan madzhab kita satu, yaitu Imam Syafi’i dan daerah kita juga satu yaitu Jawa. Dan kita semua adalah pengikut Ahlu Al Sunah Wa Al Jama’ah.

Maka demi Allah SWT, sesungguhnya perpecahan, pertikaian, saling menghina dan fanatik madzhab adalah musibah yang nyata dan kerugian yang besar.

Wahai orang-orang Islam! Taqwalah kepada Allah SWT dan kembalilah kalian semua kepada kitab Tuhan kalian. Dan amalkan sunah nabi kalian serta ikutilah jejak para pendahulu kalian yang shaleh-shaleh. Maka kalian akan berbahagia dan beruntung seperti mereka.

Taqwalah kepada Allah SWT dan damaikanlah orang-orang yang berseteru diantara kalian. Saling tolong menolonglah kalian atas kebaikan dan taqwa. Jangan saling tolong menolong atas dosa dan aniaya, maka Allah SWT akan melindungi kalian dengan rahmat-Nya dan akan menebarkan kebaikan-Nya. Jangan seperti orang yang berkata “Aku mendengarkan” padahal mereka tidak mendengarkan.

Wassalamu fi al mabda’ wa al khitam.

*(Diterjemah dari kitab Al-Mawaidz karya Hadratusyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari)

pena-tintaku.blogspot.com

Senin, 11 Februari 2019

Nasehat dari para sahabat nabi

Sayyidina Utsman bin Affan radliyallahu ‘anh berkata,
“10 hal yang paling disia-siakan, yaitu ;
1. Orang alim yang tidak dapat dijadikan tempat bertanya,
2. Ilmu yang tidak diamalkan,
3. Pendapat yang benar yang tidak diterima,
4. Senjata yang tidak dipakai,
5. Masjid yang tidak digunakan shalat,
6. Mushhaf (Al-Qur’an) yang tidak dibaca,
7. Harta yang tidak di infakkan,
8. Kuda yang tidak ditunggangi,
9. Ilmu zuhud yang ada pada hati orang yang cinta dunia,
10. Umur panjang yang tidak digunakan sebagai bekal untuk bepergian (menuju akhirat).

”Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah berkata,
1. Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan,
2. Etika adalah sebaik-baiknya pekerjaan,
3. Takwa adalah sebaik-baiknya bekal,
4. Ibadah adalah sebaik-baiknya perdagangan,
5. Amal shaleh adalah sebaik-baiknya penuntun (menuju surga),
6. Akhlak terpuji adalah sebaik-baiknya teman (dunia akhirat),
7. Al-Hilmu (rendah diri) adalah sebaik-baiknya penolong,
8. Qana’ah adalah sebaik-baiknya kekayaan,
9. Taufiq adalah sebaik-baiknya pertolongan,
10. Kematian adalah sebaik-baiknya pendidik menuju perangai yang terpuji.”

Nasehat dari hasan bashry r.a (salah seorang pemuka golongan tabi’in) berkata:
Orang yang tidak memiliki sopan santun berarti dia tidak berilmu. Orang yang tidak sabar, berarti ia tidak menghayati agamanya. Dan orang yang tidak memiliki sifat wara’, berarti tidak memiliki derajat.
Keterangan:
Sabar ada 4 macam:
1. Sabar dalam menghadapi musibah.
2. Sabar dalam menghadapi kesulitan.
3. Sabar dalam melaksanakan taat.
4. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan.
Yang dimaksud dengan sifat wara’ ialah hati2 (tidak suka terhadap barang yang haram, makruh dan subhat). Syubhat adalah sesuatu yang tidak jelas halal haramnya.
Maqolah ketiga belas dari bab III

Nasehat dari rasululloh SAW
Nabi SAW, telah bersabda: bahwa ada 3 golongan manusia yang akan diberi keteduhan oleh Allah SWT dibawah teduhnya arasy Allah SWT dihari kiamat yaitu untuk orang orang yang;
1. Orang yang menyempurnakan berwudhu walaupun udara sangat dingin.
2. Orang yang berjalan menuju masjid walaupun diwaktu gelap.
3. Orang yang suka memberi makan pada orang yang lapar
Keterangan: kerjakanlah sholat dan sempurnakan wudhu walaupun banyak halangan dan rintangan, serta sholatlah dengan berjamaah sekalipun dalam keadaan gelap, dan tolonglah orang yang lemah.
Maqolah kesepuluh dari bab III

3 nasehat dari Nabi Dawud as.
Nabi Dawud as. Mengatakan, telah diwahyukan didalam kitab zabur, bahwa hak orang berakal hendaklah tidak menyibukan diri, kecuali dengan 3 perkara hal ini:
a. Sediakanlah (amal sholeh) untuk kehidupan diakhirat.
b. Sediakanlah untuk perbekalan untuk kehidupan dunia.
c. Carilah kenikmatan dengan cara halal.

Nasehat dari Abu Hurairah r.a:
Abu Hurairah mengatakan, Nabi SAW telah bersabda:
Ada 3 hal yang dapat menyelamatkan (dari siksa), ada 3 hal yang dapat menjadi sebab memperoleh kedudukan tinggi (diakhirat) dan ada 3 hal dapat menghapus dosa.

3 hal yang dapat menyelamatkan manusia dari siksaan dari Allah:
1. Takut kepada Allah secara rahasia dan terang-terangan.
2. Sederhana dalam kehidupan dunia baik disaat fakir maupun disaat kaya.
3. Adil antara senang dan marah.
(maksudnya senang, suka,ridha,cinta hendaklah karena Allah, marah pun karena mencari keridhaan Allah).

3 hal yang dapat merusak diri sendiri, yaitu:
1. Sangat kikir.
2. Mengikuti kehendak nafsu.
3. Memandang dirinya sempurna, tanpa memandang kenikmatan Allah.

3 hal yang dapat menjadi sebab diperoleh kedudukan yang tinggi diakhirat nanti, adalah:
1. Membudayakan ucapan salam.
2. Memberi makan kepada tamu dan orang lapar.
3. Sholat tahajud ditengah malam saat orang-orang sedang tidur nyenyak.

3 hal yang dapat menghapuskan dosa:
1. Menyempurnakan wudhu diwaktu udara sangat dingin.
2. Melangkah kaki menuju sholat berjamaah
3. Menunggu sholat sesudah sholat

Keterangan: menunggu sholat sesudah sholat adalah menunggu untuk melaksanakan sholat fardhu berjamaah sesudah melaksanakan sholat sunnah.
Maqolah kedelapan dari bab III

Di Ambil dari kitab NASHOIHUL IBAD Karya SYEIKH NAWAWI

SBR: pena-tintaku.blogspot.com